Mencapai dan menduduki jabatan puncak dalam dunia karir, menjadi impian setiap karyawan. Seiring dengan tingginya posisi, banyak tantangan dan tanggung jawab yang harus dicapai sebagai key performance indicator. Tentu saja, proses yang harus dilalui, tidaklah selalu mulus dan semudah membalikkan tangan. Dan ini terkait erat dengan bagaimana karyawan menentukan pilihan yang tepat dalam menyikapi tantangan di depannya.
Karyawan yang berbahagia, kali ini saya ingin menyampaikan sebuah cerita. Kisah yang sering saya sampaikan kepada para peserta pelatihan di lembaga kami, kisah tentang elang dan ayam. Ada yang sudah pernah mendengarnya, kan? Baiklah saya coba mengisahkan kembali untuk para insan mulia.
Ada dua orang nenek yang bersahabat sejak mereka masih remaja. Sebut saja namanya Nenek Rina dan Nenek Rini. Mereka berdua tinggal di pinggir kampung dekat hutan. Anak-anak mereka sudah berkeluarga dan tinggal di kota. Mereka masing-masing juga telah memiliki beberapa orang cucu. Mereka berdua mengisi hari-hari dengan berkebun atau mencari kayu bakar yang kemudian dijual ke pasar.
Suatu hari Nenek Rina dan Nenek Rini pergi ke hutan mencari kayu bakar. Sewaktu di dalam hutan, mereka menemukan 2 butir telur. Tidak tahu telur apa. Karena penasaran, mereka sepakat untuk membawa pulang telur itu dan masing-masing menyimpan satu telur untuk ditetaskan, hingga menetas.
Namun ada pemandangan yang janggal, yakni ada satu ayam yang ’aneh’. Badannya tumbuh jauh lebih besar dari ayam yang lainnya. Paruhnya lebih tajam, kakinya lebih besar dan matanya terlihat lebih tajam dan berkilau. Hanya saja, ia tidak bisa berkokok.
Demikian pula di rumah Nenek Rani. Tapi berbeda dengan ’ayam aneh’ di rumah Nenek Rina, ayam ini merasa asing berada di lingkungan para ayam. Ia merasa aneh dengan kebiasaan ayam-ayam yang mengais tanah untuk mencari makan. Ia merasa tidak puas dengan makanan seperti itu. Ayam yang badannya juga lebih besar dari ayam-ayam lainnya itu merasa senang dengan paruhnya yang tajam, matanya yang lebih jeli melihat dan bulu-bulu sayapnya yang lebih indah. Juga kakinya yang lebih kokoh. Ia ingin menjadi ’ayam’ yang berbeda dengan ayam-ayam itu.
Setiap hari ia melihat ke atas langit. Ia senang memandangi seekor burung yang terbang tinggi, berputar di angkasa, sesekali menukik ke bawah dan terbang lagi dengan kecepatan tinggi, melesat laksana kilat. Sayap-sayapnya mengembang, kokoh dan perkasa.
Ayam aneh itu ingin terbang. Ia kemudian naik ke atas batu, melompat dan berusaha mengepakkan sayapnya. Kemudian mencari tempat yang lebih tinggi. Setelah beberapa kali bisa mengepakkan sayap, ia mulai melompat dari atap rumah. Ia belajar terbang. Begitu setiap hari ia berlatih. Ayam aneh ini juga mulai makan-makanan yang lebih besar. Ia lebih senang memakan ulat, ikan atau cacing. Ia bahkan pernah mengalahkan seekor ular yang memasuki kandang, lalu memakannya.
Beberapa lama kemudian, ia mulai bisa terbang. Hingga suatu hari, ia benar-benar meninggalkan rumah itu. Ia terbang, melesat dan tidak pernah kembali lagi.
Berbeda dengan nasib ’ayam aneh’ di rumah Nenek Rani. Karena badannya yang besar dan tampak lebih sehat. Pada saat hari Raya, ketika anak dan cucu-cucunya berkumpul, Nenek Rani memilih ayam aneh itu untuk dipotong dan dijadikan hidangan, ayam bakar istimewa untuk cucu-cucunya di Hari Raya.
Rekan profesional, para karyawan yang berbahagia, kita semua diciptakan oleh Tuhan dari asal yang sama. Tapi mengapa ada yang sukses dan ada yang biasa-biasa saja. Ada yang menjelma menjadi orang besar, para pahlawan, namun ada yang menjadi orang biasa. Bahkan naas, menjadi pecundang.
Semua tergantung bagaimana kita memilih sikap dalam kehidupan. Sama seperti telur-telur tadi, boleh jadi ia berasal dari induk elang yang sama, namun mereka memilih jalan yang berbeda dan hasilnya pun berbeda.
Jika kita hanya diam, menunggu atau bermanja-manja, maka keberhasilan mungkin akan menjadi angan-angan semata. Namun jika kita belajar, bekerja dan berusaha, saya yakin tidak ada yang mustahil atas semua cita-cita kita. Jadi, kalau terlintas dalam benak Anda untuk sedikit bermanja-manja, jawab saja :
Karyawan yang berbahagia, kali ini saya ingin menyampaikan sebuah cerita. Kisah yang sering saya sampaikan kepada para peserta pelatihan di lembaga kami, kisah tentang elang dan ayam. Ada yang sudah pernah mendengarnya, kan? Baiklah saya coba mengisahkan kembali untuk para insan mulia.
Ada dua orang nenek yang bersahabat sejak mereka masih remaja. Sebut saja namanya Nenek Rina dan Nenek Rini. Mereka berdua tinggal di pinggir kampung dekat hutan. Anak-anak mereka sudah berkeluarga dan tinggal di kota. Mereka masing-masing juga telah memiliki beberapa orang cucu. Mereka berdua mengisi hari-hari dengan berkebun atau mencari kayu bakar yang kemudian dijual ke pasar.
Suatu hari Nenek Rina dan Nenek Rini pergi ke hutan mencari kayu bakar. Sewaktu di dalam hutan, mereka menemukan 2 butir telur. Tidak tahu telur apa. Karena penasaran, mereka sepakat untuk membawa pulang telur itu dan masing-masing menyimpan satu telur untuk ditetaskan, hingga menetas.
Namun ada pemandangan yang janggal, yakni ada satu ayam yang ’aneh’. Badannya tumbuh jauh lebih besar dari ayam yang lainnya. Paruhnya lebih tajam, kakinya lebih besar dan matanya terlihat lebih tajam dan berkilau. Hanya saja, ia tidak bisa berkokok.
Demikian pula di rumah Nenek Rani. Tapi berbeda dengan ’ayam aneh’ di rumah Nenek Rina, ayam ini merasa asing berada di lingkungan para ayam. Ia merasa aneh dengan kebiasaan ayam-ayam yang mengais tanah untuk mencari makan. Ia merasa tidak puas dengan makanan seperti itu. Ayam yang badannya juga lebih besar dari ayam-ayam lainnya itu merasa senang dengan paruhnya yang tajam, matanya yang lebih jeli melihat dan bulu-bulu sayapnya yang lebih indah. Juga kakinya yang lebih kokoh. Ia ingin menjadi ’ayam’ yang berbeda dengan ayam-ayam itu.
Setiap hari ia melihat ke atas langit. Ia senang memandangi seekor burung yang terbang tinggi, berputar di angkasa, sesekali menukik ke bawah dan terbang lagi dengan kecepatan tinggi, melesat laksana kilat. Sayap-sayapnya mengembang, kokoh dan perkasa.
Ayam aneh itu ingin terbang. Ia kemudian naik ke atas batu, melompat dan berusaha mengepakkan sayapnya. Kemudian mencari tempat yang lebih tinggi. Setelah beberapa kali bisa mengepakkan sayap, ia mulai melompat dari atap rumah. Ia belajar terbang. Begitu setiap hari ia berlatih. Ayam aneh ini juga mulai makan-makanan yang lebih besar. Ia lebih senang memakan ulat, ikan atau cacing. Ia bahkan pernah mengalahkan seekor ular yang memasuki kandang, lalu memakannya.
Beberapa lama kemudian, ia mulai bisa terbang. Hingga suatu hari, ia benar-benar meninggalkan rumah itu. Ia terbang, melesat dan tidak pernah kembali lagi.
Berbeda dengan nasib ’ayam aneh’ di rumah Nenek Rani. Karena badannya yang besar dan tampak lebih sehat. Pada saat hari Raya, ketika anak dan cucu-cucunya berkumpul, Nenek Rani memilih ayam aneh itu untuk dipotong dan dijadikan hidangan, ayam bakar istimewa untuk cucu-cucunya di Hari Raya.
Rekan profesional, para karyawan yang berbahagia, kita semua diciptakan oleh Tuhan dari asal yang sama. Tapi mengapa ada yang sukses dan ada yang biasa-biasa saja. Ada yang menjelma menjadi orang besar, para pahlawan, namun ada yang menjadi orang biasa. Bahkan naas, menjadi pecundang.
Semua tergantung bagaimana kita memilih sikap dalam kehidupan. Sama seperti telur-telur tadi, boleh jadi ia berasal dari induk elang yang sama, namun mereka memilih jalan yang berbeda dan hasilnya pun berbeda.
Jika kita hanya diam, menunggu atau bermanja-manja, maka keberhasilan mungkin akan menjadi angan-angan semata. Namun jika kita belajar, bekerja dan berusaha, saya yakin tidak ada yang mustahil atas semua cita-cita kita. Jadi, kalau terlintas dalam benak Anda untuk sedikit bermanja-manja, jawab saja :
"No Way!"
Terima Kasih & Semoga sukses !
Tim Kontributor LoKerNesia