MULTITASKING, sekilas adalah kemampuan yang pantas dibanggakan dan menjadi catatan prestasi tersendiri dari seorang karyawan. Namun selidik punya selidik, baik dalam kehidupan personal maupun professional, multitasking umumnya malah memberikan dampak buruk yakni penyelesaian pekerjaan yang kurang efisien dan memicu stress.
Penjelasan berikut ini mungkin sedikit membantu. Bagaimana pun juga, tubuh manusia tentunya berbeda dengan komputer. Jika sebuah komputer mampu mengerjakan dua atau tiga aplikasi sekaligus, itu memang karena ia didesain sedemikian rupa. Sedangkan tubuh manusia tidak. Multitasking hanya dapat dilakukan untuk hal-hal yang mudah dilakukan, misalnya saja makan sambil menonton. Namun untuk kegiatan yang sifatnya professional, multitasking lebih baik dihindari.
Beberapa orang melakukan multitasking dengan alasan yang cukup familiar, yaitu karena ia merasa atasan atau bosnya berharap banyak kepadanya. Tak heran jika mereka sangat obsesif untuk melakukan dua atau lebih pekerjaan dalam sekali waktu, tujuannya supaya lebih cepat selesai. Ibaratnya, sekali dayung, dua tiga pulau terlewati. Padahal, yang seperti itu justru membuat pekerjaan berantakan dan kurang maksimal.
Jeff Davidson, seorang ahli strategi bisnis menganalisis multitasking ini dalam situs humanresourcesiq.com dengan memaparkan kerugian dan jalan keluarnya.
Multitasking is Costly
Penjelasan berikut ini mungkin sedikit membantu. Bagaimana pun juga, tubuh manusia tentunya berbeda dengan komputer. Jika sebuah komputer mampu mengerjakan dua atau tiga aplikasi sekaligus, itu memang karena ia didesain sedemikian rupa. Sedangkan tubuh manusia tidak. Multitasking hanya dapat dilakukan untuk hal-hal yang mudah dilakukan, misalnya saja makan sambil menonton. Namun untuk kegiatan yang sifatnya professional, multitasking lebih baik dihindari.
Beberapa orang melakukan multitasking dengan alasan yang cukup familiar, yaitu karena ia merasa atasan atau bosnya berharap banyak kepadanya. Tak heran jika mereka sangat obsesif untuk melakukan dua atau lebih pekerjaan dalam sekali waktu, tujuannya supaya lebih cepat selesai. Ibaratnya, sekali dayung, dua tiga pulau terlewati. Padahal, yang seperti itu justru membuat pekerjaan berantakan dan kurang maksimal.
Jeff Davidson, seorang ahli strategi bisnis menganalisis multitasking ini dalam situs humanresourcesiq.com dengan memaparkan kerugian dan jalan keluarnya.
Multitasking is Costly
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Joshua Rubinstein, Ph.D., David Meyer, Ph.D.; and Jeffrey Evans, Ph.D, multitasking ini justru ditengarai sebagai halangan bagi karyawan untuk lebih produkstif.
Kerugian yang utama dalam multitasking ini adalah pemborosan sesuatu yang seharusnya dihemat, yakni waktu. Ketika seseorang sedang berkutat mengerjakan sebuah dokumen, kemudian ia juga berbicara di telepon, berbicara dengan rekan kerja, ia harus berganti-ganti kegiatan setiap saat. Kegagalannya untuk berkonsentrasi pada satu hal selama 10 sampai 20 menit akan merugikan perusahaan dengan penurunan income berkisar antara 20%-40%. Inilah yang disebut para peneliti sebagai time cost.
Work Smarter
Sebagai analogi adalah kejadian di saat sebuah jadwal penerbangan yang dibatalkan. Para penumpang akan bergegas menunju meja reservasi dan meminta penerbangan berikutnya. Namun, apakah seorang petugas akan mampu melayani 20 orang sekaligus? Jika hal itu terjadi, mungkin kondisinya akan menjadi carut-marut. One on one akan membuat petugas memiliki control terhadap calon pembeli dan bekerja lebih cepat dan tepat.
Kesimpulannya, semakin bagus kemampuan personal untuk berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan, semakin baik dampaknya bagi keberhasilan kinerja dan kedamaian otak.
Berusaha untuk bekerja multitasking, mungkin akan mengurangi kegelisahan dalam jangka waktu yang sangat pendek, tetapi menambah kegelisahan dalam jangka panjang. Jika sampai saat ini Anda masih terjebak dalam perangkap multitasking, mungkin saran-saran ini dapat dicoba:
- Ketika sedang membaca atau menulis, menjauhlah dari koneksi internet. Hal ini khususnya untuk aplikai internet yang tidak kondusif seperti instant messaging, YM, Facebook, dan sebagainya.
- Sempatkan waktu break atau istirahat pada pagi dan siang hari selama lima belas menit.
- Jangan makan di meja kerja. Tinggalkan meja kerja agar semangat dan energi terisi ulang kembali.
- Pilihlah teknologi yang tepat, artinya, teknologi yang dapat meringankan pekerjaan dan bukan sebaliknya.
- Fokuslah dengan tujuan besar yang ingin Anda raih dalam pekerjaan Anda.
Terima Kasih dan Semoga Sukses !
Hormat Kami,
Tim Kontributor LoKerNesia